http://gawegawecarea.blogspot.com
ZEFRIZAL NANDA MARDANI,
Mengenai cita-citanya di masa datanng Zefrizal ternyata tak memiliki keinginan yang muluk-muluk; “Saya ingin menjadi dosen,”, katanya
ZEFRIZAL NANDA MARDANI,
Suasana serius nampak jelas di salah satu ruang tempat seleksi Olimpiade Sains Nasional. Mereka disibukkan dengan soal-soal yang masing sedang mereka kerjakan. Di salah satu bangku Zefrizal terlihat mulai gelisah berkali-kali ia melihat jam. Kegelisahannya bukan karena ketidakmampuannya menyelesaikan soal-soal yang diujikan namun karena kebosanannya menunggu saat waktu ujian selesai.
Zefrizal mondar-mandir di sekitar tempatnya duduk. Dengan asyiknya ia bermain-main kertas bekas dan benda yang ada di sekitarnya. Tak ayal tingkah laku siswa SMP 1 Trenggalek ini membuat petugas naik pitam. Petugas memarahinya karena tindakannya yang dianggap mengganggu peserta yang lain. Ternyata peritiwa tersebut bukan yang pertama kali. Untung saja ia masih bisa mengikuti lomba dan tidak dicoret sebagai peserta.
Ternyata selain bisa membuat petugas jengkel Zefrizal juga mampu membuat bangga tiap orang yang mengenalnya. Medali emasnya di ajang Olimpiade Astronomi di Ukraina membuat merah putih berkibar dan nama Indonesia ikut melambung. Di ajang tersebut kontingen Indonesia yang beranggotakan 5 orang termasuk Zefrizal mampu meraih 1 emas dan 2 perunggu.
Zefrizal Nanda Mardani merupakan putra kedua pasangan Radan dan Maryati yang lahir 30 Desember 1993 di Trenggalek. B
Prestasi Zef di Olimpiade Astronomi berawal dari keikutsertaannya di ajang OSN yang diselenggarakan oleh Universitas Brawijaya. Di sana ternyata ia masuk nominasi kemudian mendapat bimbingan tim dari Brawijaya. Setelah mengikuti bimbingan sewaktu ada IJSO ia juga ikut serta. Kemudian ikut seleksi dan pembinaan selama sebulan di Sawangan Bogor. Dalam keikutsertaanya di IJSO Zef hanya masuk urutan 14. Ia sempat ikut pembinaan namun karena tim IJSO hanya diambil 7 orang Zef tidak masuk.
“Setelah itu saya tidak masuk 7 peserta yang diambil namun karena nilai Fisika dan Matematika saya termasuk tinggi maka saya oleh dosen ITB dimasukan seleksi tim olimpiade Astronomi,” kata Zef.
Sebelum mengikuti seleksi Zef beserta rekan yang lainnya mengikuti pelatihan yang diselenggarakan di PPPG IPA, Bandung, Kampus ITB, Bandung, Observatorium Bosscha, Lembang dan Planetarium, DKI. Fokus pelatihan di PPPG IPA dan ITB adalah pada peletakan dasar-dasar pengetahuan astronomi dan kemampuan analisis teori astronomi. Pelatihan di Observatorium Bosscha untuk mengasah kemampuan praktek pengamatan dengan teropong dan pengolahan data.
Selama dua setengah bulan penuh mereka digembleng materi-materi astronomi oleh tim dosen dari Institut Teknologi Bandung (ITB). Mereka juga diajak mengobservasi bintang di Observatorium Boscha, Lembang, Bandung.
Sebenarnya Astronomi merupakan hal baru bagi Zefrizal dan kawan-kawan. Meskipun sebenarnya ilmu ini tak lain adalah perpaduan dari matematika dan fisika, tapi secara spesifik tak pernah diberikan di sekolah mereka. Dengan kondisi tersebut maka mau tak mau mereka harus belajar dari nol. Dalam ilmu Astronomi mereka belajar tentang bintang, luas suatu daerah di langit, estimasi magnitudo bintang, serta rasi bintang.
Setelah mendapat training 7 orang siswa tersebut di tes untuk menentukan siapa yang akan mewakili dalam Olimpiade Astronomi di ukraina. Setelah di tes ternyata Zefrizal mampu masuk 3 besar dan akhirnya ia menjadi salah satu anggota tim.
Mereka yang terpilih tersebut selanjutnya mengikuti training lagi yang diadakan di Boscha. Sebelum berangkat ada pembinaan lagi selama dua minggu di Jakarta. Selama pelatihan mereka digembleng dengan soal-soal tahun sebelumnya dan tambahan soal pengayaan lainnya. Di tes akhir sebelum keberangkatannya ia sudah berada di posisi pertama.
Selama kejuaraan di Ukraina menurut Zef soalnya dibagi menjadi 3 kategori yaitu teori, praktikal dan observasi. Hari pertama diawali denganpembukaan, hari kedua teori, ketiga observasi, keempat mereka diajak jalan-jalan dan hari kelima praktikal. Dari semua itu menurut Zef yang paling mudah dikerjakan adalah soal observasi.
“Observasi itu menghitung sebuah rasi. Estimasi cahaya bintang. Menghitung luasnya cahaya dilangit. Diberi peta buta disuruh mengidentifikasi apa rasi itu,” papar Zef.
Selama berada di Ukraina Zef bertemu dengan banyak rekan dari berbagai negera diantaranya Iran, Thailand, Korea Selatan dan masih banyak lagi. Pada Olimpiade di Ukraina Zefrizal berhasil mengantongi total nilai 43. Dia merupakan peraih emas keenam. Nilai tertinggi adalah 49,4 diraih oleh siswa dari Korsel.
Ternyata bukan kali ini saja Zef menuai prestasi. Sewaktu SD pernah mengkuti Indonesia Elementary Mathematics International Contest (INAEMIC), Bali mendapat perunggu pada tahun 2006. Di bangku SD juga peringkat 1 selalu ia tempati.
Menurut Radan Ayah Zefrizal yang berprofesi sebagai guru Matematika di SMP 4 Trenggalek kemampuan Zefrizal sudah dia ketahui sejak putra bungsunya ini menginjak bangku TK. Dari TK Zef sudah pandai menghitung. Selain itu ia banyak mendapat laporan dari guru SDnya salah satunya dari guru.
“Guru SD memberi soal baru selesai menulis dia sudah selesai. Jadi gurunya selesai membuat soal dia selesai mengerjakan soal,”
Dari pengamatan dan laporan tentang kelebihan yang dimiliki putranya membuat Radan tergugah untuk mengasah kemampuan dan mengarahkan sesuai dengan bakat dan minatnya. “Akhirnya saya pupuk dan membelikan buku-buku Matematika,” kata Radan.
Seringkali ketika baru duduk di kelas 2 SD materi kelas 3 sudah dipelajari. Begitu juga saat masih kelas 5, soal kelas 6 sudah diberikan bahkan SMP juga diberikan. Radan tak punya trik khusus dalam mengajar matematika pada Zefrizal.
Kegemaran Zef akan ilmu Matematika dikarenakan menurutnya tidak banyak menghafal dan banyak tantangannya. Setiap kali pergi ke toko yang diminta bukan barang seperti baju atau yang laionnya ia lebih memilih buku.
“Zefrizal itu sejak kelas satu memang sudah punya kemampuan untuk matematikanya. Hingga akhirnya ia masuk tim Astronomi. Matematika itu sebagai dasar untuk masuk Astronomi. Kelas 1 sudah terus kelas 2 akan menuju OSNnya kemudian akhirnya masuk ke IJSO,” Kata Bangun Ujianto salah seorang guru pembinannya.
Saya mengajar Matematika. Zefrizal banyak mempunyai kemampuan yang terpendam jadi belum kelihatan semuanya dan perlu dilakukan pembinaan. Ternyata memang betul setelah dibina keluar kemampuannya. Dia yang menonjol dari dulu di bidang Matematika. Memang dia punya bakat. Akhirnya larinya dia ke Astronomi.
Sehari-hari Zefrizal juga beraktivitas layaknya anak seusianya. Selain belajar ia juga punya kegemaran bermain game komputer, sepak bola. Serta mendengarkan musik. Meski demikian urusan belajar tetaplah nomor satu.
“Jam belajar Zef setelah Maghrib sebentar terus ke Masjid dulu setelah isya lanjutkan belajar lagi,” kata Radan.
Beragam decak kagum serta pujian datang dari berbagai pihak. Bupati Suharto Trenggalek secara khusus mengundang Zefrizal atas prestasinya. Putra pasangan Radan dan Mariyati ini diterima di gedung Bawarasa Pendapa Kabupaten Trenggalek. Dalam kesempatan itu, Zefrizal Nanda Mardani yang didampingi ayahnya, Radan, serta guru pembinanya Titik Ikawati, mendengarkan sambutan selamat datang sekaligus selamat atas prestasi menyabet medali emas olimpiade astronomi internasional dari Soeharto. Di acara peringatan Sumpah Pemuda Zefrizal bahkan sempat diarak keliling kota Trenggalek.
Dari keberhasilannya itu Jep sudah mendapat tawaran ketika nanti masuk di bangku kuliah. Dua universitas ternama di Indonesia, yakni Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Indonesia (UI) telah menawarinya. Selain mendapat hadiah Rp 5 juta dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (P dan K) Jawa Timur, Zefrizal kemarin juga mendapat uang pembinaan Rp 20 juta dari Depdiknas Pusat.
Bolo ne GALIH
hayo, mbok lomba daur ulang sampah ae?